Sarah dan Zainab; Rivalitas Abadi Nan Indah

Catatan Sekum Persiraja

Sarah dan Zainab; Rivalitas Abadi Nan Indah

Oleh ,

“Nab, ade yang mau abang omongin,”  kata Doel kepada Zainab.

“Iye bang, mau omongin ape?” tanya Zainab penasaran.

“Abang mau jujur ama Zainab, Abang enggak mau nanti Zainab tahu dari orang lain, Abang ketemu Sarah dan Anak Abang di Belanda,” cerita Doel berusaha tenang.

“Ooo itu, ya enggak ape-ape bang, jawab Zainab berusaha tegar. “Yang penting Abang sudah jujur ke Zainab,” sambung Zainab lagi dengan logat betawi yang sangat khas.

Percakapan  ini saya saksikan dari layar berkuran 20 cm x 20 cm, dalam pesawat Batik Air yang mengantarkan saya dan tim Persiraja menuju Sleman, Yogyakarta.

Dialog-dialog di dalam film Si Doel Anak Sekolahan The Movie 2 ini sangat sederhana, tetapi memberikan makna yang penting. Saya heran, sudah ratusan purnama Doel masih saja sulit menjatuhkan pilihan antara Sarah atau Zaenab. Sama herannya kenapa Zaenab AKA Maudy Koesnaedi tidak pernah kelihatan tua, begitu-begitu saja sejak episode pertama Doel Anak Sekolahan tayang di TV.

Rano Karno, sebagai pemeran Doel dan arsitek di balik perjalanan panjang sinema Doel Anak Sekolahan mulai dari zaman sinetron sampai menjadi layar lebar, masih bisa menyuguhkan tontonan yang sederhana tetapi menyentuh relung sanubari, maka tidak heran ketika banyak tawaran hiburan di layar kecil di Pesawat Batik Air, saya menjatuhkan pilihan untuk menonton Doel Anak Sekolahan The Movie 2 ini. Artinya untuk layar lebar, ini adalah sekuel kedua. Jangan tanya sinetronnya, ribuan episode sudah, sejak saya di sekolah menengah sampai hampir tamat kuliah masih tayang di TV, hanya sinetron Tukang Bubur Naik Haji dan sinetron Dunia Terbalik yang mampu menyaingi. Tapi ingat, hanya menyaingi bukan melampaui.

 Ratusan Purnama Rano Karno mampu menjaga sinetron dan film Doel Anak Sekolahan ini untuk tetap dicintai masyarakat. Ratusan purnama juga Rano Karno mampu menjaga dan menyuguhkan rivalitas antara Sarah dan Zainab unuk merebut hati Doel, lelaki Betawi yang soleh tetapi tidak pernah punya sikap dalam memilih, pun setelah memilih Sarah sebagai istri, masih mengharapkan Zainab untuk tetap didekatnya.

 Rivalitas Sarah dan Zainab Sepertinya akan Abadi 

Jarak tempuh Jakarta-Kulon Progo (Yogyakarta International Airport--YIA)  menggunakan pesawat tidak lebih dari 50 menit. Sedikit menyesal karena saya tidak bisa menyaksikan lagi dialog-dialog “kampung” yang menghibur sampai tuntas. Tapi cukup lega karena kami sudah tiba dengan selamat di Yogyakarta. 

Menuju Yogyakarta kali ini bersama Persiraja adalah sebagai salah satu partisipan Piala Menpora 2021. Setelah setahun lebih sepak bola di Indonesia mati suri akibat Covid 19, kini perlahan mulai bergairah kembali. Tidak bisa langsung memulai Liga, maka dirancanglah Turnamen pramusim yang diberi nama Piala Menpora 2021. Bukan hanya untuk menggairahkan dunia sepak bola kembali, Turnamen Piala Mempora ini juga sebagai uji coba pelaksanaan protokol kesehatan apabila Liga 1 resmi kembali bergulir nanti.

 Sebagai tim yang baru promosi kembali ke Liga 1, tentu saja Persiraja dipandang sebelah mata akan berbicara banyak di turnamen ini. Apalagi berada di Group D bersama Bali United dan Persib Bandung, dua tim yang pernah menjadi Juara di Liga Indonesia, dengan kekayaan yang mungkin harga kontrak lima orang pemainnya setara dengan kontrak seluruh pemain dan Official Persiraja. Satu lagi yang tergabung di group D ini adalah Persita Tangerang, tim yang tiba-tiba menjadi rivalitas Persiraja sejak Liga 2 dan sama-sama Promosi ke Liga 1 tahun 2019 lalu.

 Gentarkah? Tentu saja tidak.

Apa takut, Mati tanam, adalah idiom Aceh yang sepertinya memang menjadi mantra ajaib untuk menggelorakan semangat menjelang pertarungan.

 Pertandingan pertama Group D akan segera digelar, antara Persiraja melawan Persita Tangerang. Pertandingan digelar pukul 15,15 WIB di Stadion Maguoharjo Sleman, Yogyakarta. Semua pemain sudah bersiap di lorong untuk masuk kelapangan. Kedua tim sama-sama menurunkan semua pemain lokal. Tanpa pemain asing.

 Ketika kedua tim mulai berjalan masuk lapangan, dan anthem pertandingan diperdengarkan hati saya dilanda haru yang amat sangat, bahwa sepak bola Indonesia benar-benar sudah kembali, bahwa dunia bola sepak di Indonesia akan kembali bergairah. 

Di tengah-tengah keharuan itu, ingatan saya kembali kepada rivalitas Sarah dan Zainab.

Rivalitas Persiraja-Persita seperti rivaliats Zainab dan Sarah. Tidak tau siapa yang menjadi Sarah dan siapa yang menjadi Zainab. Akan tetapi kalau dilihat dari performance Persita Tangerang yang anak kota sedikit modern, maka Persita bisa dibilang sebagai Sarah, perempuan mandiri modern yang sekarang menjadi tenaga pengajar di Universitas Leiden, Belanda.

Sedangkan Persiraja adalah Zainab, perempuan kampung yang memiliki kecantikan abadi. Disukai dan dicintai banyak orang, karena memiki karakter dan prinsip sebagai perempuan Indonesia seutuhnya.

 Layaknya Rivalitas Sarah dan Zainab yang merebut hati Doel, rivaliats Persiraja dan Persita Tangerang  juga untuk untuk merebut hati publik, terutama para sponsor, bahwa kedua tim promosi ini menjanjikan dan mampu berbuat banyak di Kompetisi resmi Liga 1 nanti.

Rivalitas dengan pesan “bersama kami produk anda akan laris dan digemari masyarakat”

Dan pertandingan hari itu dimenangkan oleh Persiraja dengan skor 3-1. Anak kampung lainnya Assanur Rijal Torres mencetak hatrick dan menjadikannya top score sementara Piala Menpora tahun 2021.

Sementara di pertandingan  kedua dan ketiga Persiraja kalah dengan Bali United 2-0 dan kalah dengan Persib Bandung 2-1. Mengingat lawan yang merupakan tim juara Liga Indonesia hasil tersebut tidaklah buruk. Apalagi di pertandingan terakhir Persib Bandung sempat berada di bawah tekanan setelah Asaanur Rijal Torres kembali mencetak gol, untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1 di menit 89.

 Layaknya sinetron Tukang Bubur Naik Haji atau Dunia Terbalik, Persiraja memang belum mampu melampaui Bali United dan Persib Bandung; tim kiblat sepak bola Indonesia saat ini. Tapi kalimat “belum mampu” sangatlah absurd, dan saya yakin sekali dalam waktu yang tidak lama lagi, Persiraja akan segera menjadi salah satu klub yang kembali diperhitungkan di Liga Indonesia. Kenapa Tukang Bubur Naik Haji dan Dunia Terbalik tidak mampu melampaui Doel Anak Sekolahan?

Jawabannya adalah karena mereka berhenti.

Persiraja? Tidak akan pernah berhenti. Kecuali ketika Allah SWT sudah berkehendak untuk berhenti. (*)

Leave Comment

Loading...