Liga 1 Lanjut Lagi, Siap Pak Presiden !!!

Catatan Sekum Persiraja

Liga 1 Lanjut Lagi, Siap Pak Presiden !!!

Oleh ,

“Phat?” (Dimana)
Satu pesan masuk di WA saya.
Secepat mungkin saya balas.
“Di kanto”. (Di kantor)
“Preh inan”. (tunggu di situ) balasnya kemudian.

Saya sudah menunggu di ruangannya. Ruangan yang berukuran 4 x 6 itu diisi oleh satu set sofa besar. Di dindingnya ada Peta provinsi Aceh. Suhu yang dikeluarkan dari mesin pendingin ruangan sangat dingin, mungkin mencapai 20 derajat celcius. Kami Cuma berdua di ruangan itu, saya dan orang yang tadi mengirimkan pesan meminta saya untuk menunggu di kantor.

“Kiban caranyo?” (Bagaimana ini).
“Liga 1 akan dilanjutkan tanpa penonton, dan dipusatkan di Pulau Jawa. Sebagai klub yang baru promosi dengan jumlah sponsor yang sedikit kita akan kewalahan,” ucapnya mengawali pembicaraan.

“Secara neraca keuangan kita pasti akan merugi lagi, bahkan lebih besar dibandingkan dengan Liga 2 kemarin,” sambungnya. “Lagi pula semangat kita untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Aceh belum bisa terpenuhi, itukan janji kita sama rakyat Aceh,” ucapnya setengah bertanya.

Saya masih terdiam. Belum menjawab sepatah katapun. Tapi saya sudah tau arah pembicaraanya; nasib Persiraja di Liga 1 Indonesia musim 2020 dan soal janjinya kepada rakyat Aceh.

“Komunikasi dengan PSSI dan PT. LIB bagaimana?” tanyanya pada saya.
“Sudah benar seperti itu bang, bahwa liga dilanjutkan dan akan dipusatkan di Pulau Jawa, tanpa penonton, dan kemungkinan PSSI akan memberikan ruang untuk renegosiasi kontrak,” jawab saya.

Lelaki yang mengajak ngobrol saya ini adalah H. Nazaruddin Dek Gam. Presiden Persiraja. Saya memahami kegundahannya tentang eksistensi Persiraja di Liga Indonesia untuk musim 2020 ini, karena dia memiliki ambisi besar untuk terus menjaga dan membawa Persiraja ke tempat seharusnya; sebagai salah satu klub besar di Indonesia.

Kami berdua terdiam. Saya melihat dia berfikir keras mencari solusi terbaik. Setelah dihentikan akibat Pandemi Covid 19 pada bulan Maret 2020 lalu, PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga Indonesia memutuskan untuk melanjutkan Liga Indonesia Tahun 2020. Akan tetapi Liga dilanjutkan dengan sistem yang berbeda, yaitu berpusat di Pulau Jawa. Artinya Persiraja harus pindah home ke Pulau Jawa.

Inilah yang menjadi tantangan untuk menghadapi kelanjutan Liga. Pertama tentu saja menyangkut soal pembiayaan. Sekalipun oleh PSSI di bolehkan untuk melakukan renegosiasi kontrak, akan tetapi secara hitungan, subsidi yang diberikan oleh Operator Liga tetap belum mencukupi seluruh kebutuhan. Sementara pemasukan dari sektor lain nihil.

Kedua adalah bagaimana dengan harapan rakyat Aceh pecinta Persiraja, yang sangat berharap Persiraja bermain di Aceh, agar rakyat Aceh bisa melihat langsung bakat-bakat terbaik pesepakbola di Indonesia bermain melawan Persiraja. Kedua hal ini mengharuskan jalan dan solusi yang berbeda. Pandemi Covid 19 masih berlangsung. Klub diharuskan tetap mengikuti kompetisi, tapi pemasukan tidak ada. Gaji pemain dan official tetap harus di bayar, walapun kompetisi tidak berjalan.

Kami masih terdiam. Suhu ruangan terasa semakin dingin. Sesekali saya melihat-lihat HP, pura-pura mencek pesan masuk. Sang Presiden mungkin juga melakukan hal yang sama, yang duduk persis di depan saya.

“Jadi begini, kita putuskan untuk tetap ikut kompetisi musim ini, tidak mungkin kita mengorbankan harapan rakyat Aceh, karena Persiraja sudah di Liga 1.”

“Biarlah saya saja yang berkorban, sebab kalau tidak ikut kompetisi kita akan didenda dan akan didegradasi ke Liga 3, sayang Persiraja, sayang rakyat Aceh,” ucapnya penuh pertimbangan.

“Siap!!” jawab saya penuh semangat.
“Sekarang langkah pertama, hubungi semua pemain dan Pelatih, Renegosiasi
Kontrak.”

“Sampaikan ke mereka bahwa mereka bukan hanya bekerja untuk saya, akan tetapi mereka bekerja untuk rakyat Aceh. Mereka bukan hanya untuk membuat saya bangga, tapi juga membuat rakyat Aceh bangga,” sambungnya lagi. Saya semakin terkesima. Jarang sekali sang Presiden berbicara penuh kata-kata motivasi seperti ini kepada saya. Karena dia tau, tanpa kata-kata motivasipun saya akan tetap
menjalankan perintahnya 150 persen.

“Kalau ada yang tidak mau dan tidak sepakat dengan pemotongan gaji, tinggalkan saja, Jangan dipaksa”. “Kasihan juga kalau mereka dipaksa-paksa, jangan sampai mereka terbebani main di Persiraja,” sambungnya memberikan perintah. “Segera susun langkah strategis, soal renegosiasi kontrak, jadwal kumpul, jadwal mulai latihan, swab test, dan hal tekhnis lainnya. Saya tunggu laporannya dalam dua hari”.

“Lusa saya ke Jakarta, jadi besok sore paling telat saya sudah terima semua rencana secara tertulis, termasuk hasil renegosiasi,” perintahnya tegas.

Dan, inilah Persiraja hari ini. Mengikuti kelanjutan Kompetisi Liga 1 2020 dengan ancaman kerugian secara finansial sudah di depan mata. Secara pribadi saya memberikan respect dan apresiasi yang tinggi kepada sang Presiden, bukan hanya karena saya anak buahnya, akan tetapi rasa tanggungjawabnya atas janji yang sudah diucapkan. Sebagai pendatang baru di Liga 1 Indonesia, Persiraja mampu mengamankan seluruh pemain dan pelatihnya, juga salah satu bentuk leadership yang patut dicontoh dari sang Presiden. Tidak ada pemain Persiraja yang tidak setuju dengan pemotongan gaji. Semuanya setuju.

Sore setelah itu saya mengirmkan pesan singkat kepada seluruh pemain dan pelatih. Mengabari mereka tentang keputusan Presiden, menyangkut kelanjutan Liga dan renegosiasi kontrak. Salah satu yang menjawab dan membalas pesan singkat saya paling cepat adalah
Ganjar Mukti. Pemain yang bergabung paling terakhir dengan Persiraja di musim ini menjawab pesan singkat saya:

“Saya terserah Pak Rahmat dan Pak Presiden aja, saya ikut saja”. “Persiraja ini keluarga saya Pak, dan Pak Rahmat dan Pak Presiden pasti sudah punya pertimbangan, jadi tidak masalah, saya ikut saja.”

Kemudian masuk pesan yang hampir sama dari Asep Budi. Tapi ada satu pesan aneh yang masuk, yang membuat saya deg-degan ketika
membuka. “Hajar aja pak, tidak usah takut, saya ikut Bapak dan Pak Presiden”. Saya buka pengirimnya: Fery Komol. []

Leave Comment

Loading...